Selasa, 17 Juni 2008

Pembajakan Al-Quran

PEMBAJAKAN AL QUR’AN
Dari Denmark diluncurkan kartun-kartun yang menghujat Nabi. Di Indonesia pelecehan dirilis, disebarluaskan dan bahkan ditambahi dengan pelecehan model lain.
Seorang laki-laki Arab, kepalanya menyunggi sorban bom dengan sumbu yang siap meledak. Karikatur lainnya memperlihatkan Nabi sebagai orang Baduy dengan mata terbeliak sedang menghunus pedang, ditemani dua wanita berbusana hitam.
Gambaran itu diilustrasikan dalam gambar kartun yang dipublikasikan koran terbesar di Denmark, Jyllands-Posten edisi 30 September 2005. Kemudian diikuti koran terbitan Norwegia, Magzinet edisi tanggal 10 Januari 2006. Negara-negara lain yang latah memuat kartun penghujatan Nabi adalah Jerman, Selandia Baru, dan Prancis.
Dengan alasan “kebebasan kreativitas dan berekspresi yang tak terikat oleh doktrin agama,” harian lokal Prancis France Soir edisi Rabu (1/2/2006) justru sengaja memuat ulang karikatur Nabi Muhammad SAW yang sedang menyulut demo umat Muslim sedunia.
Seolah menantang, koran itu menulis judul utama “Ya, Kami Berhak untuk Mengkarikaturkan Tuhan.” Beritanya dilengkapi dengan kartun “tuhan” dari agama Buddha, Yahudi, Islam dan Kristen melayang-layang di atas awan. Kartun-kartun itu diberi tambahan tulisan: “Jangan khawatir Muhammad, kami semua juga menjadi bahan karikatur.” Lalu 12 gambar kartun terbitan Jylland Posten yang menghina Nabi dimuat di halaman dalam.
Gelombang protes pun mengalir dari negeri-negeri berpenduduk Muslim. Seluruh mata dunia Islam mengutuk Denmark dan negara-negara lain yang memuat kartun penghujatan Nabi. Di Timur Tengah, produk-produk dari negara-negara yang menyiarkan kartun itu diboikot. Bendera Denmark dibakar di setiap aksi demonstrasi. Secara resmi, Indonesia juga menyampaikan protes. Presiden SBY menyampaikan kecaman dan penolakan itu. Sejumlah aktivis Muslim Indonesia secara keras melakukan protes dengan meluruk Kedubes Denmark. Di Makassar, misalnya, aktivis Muslim membakar bendera Denmark
Gayung bersambut, di Indonesia media lokal ikut-ikutan latah menyebarluaskan karikatur penghujatan nabi. Di Bekasi, karikatur penghujatan Nabi itu dipublikasikan pada halaman satu di tabloid Petra edisi nomor 53 tahun II tanggal 2-6 Februari 2006. Tak tinggal diam, Ketua Dewan Dakwah Islamiyah (DDII) Bekasi, Ahmad Salimin Dani mengadukan tabloid Peta ke Polres Metro Bekasi. Kini para penanggungjawab tabloid lokal ini sedang ditangani polisi. Pemimpin Umum dan Pemimpin Redaksi tabloid ini ditetapkan sebagai tersangka dengan pasal “Menyiarkan gambar yang isinya menyatakan permusuhan dan kebencian,” sesuai pasal 156 a dan 157 KUHP.
Di Surabaya, tabloid Gloria membebek Denmark dengan menampilkan karikatur penghujatan Nabi pada edisi 288, Februari 2006. Pada rubrik “Peristiwa” halaman 10, Gloria mempublikasikan tiga kartun penghujatan Nabi yang melukiskan seseorang yang memakai sorban berbentuk bom. Pada bagian bawah kartun tertulis: “Prophet Mohammad Cartoon.” Tepat di sampingnya, terdapat gambar seorang laki-laki di belakang meja, tangannya memegang poster bertuliskan: “This is Freedom of Expressions.”
Fitnah kepada Nabi ala Pendeta Nurdin
Pendeta yang Mengaku bernama lengkap Pendeta Rudy Muhamad Nurdin yang tinggal di kawasan Grogol, Jakarta Barat ini memang memiliki semangat misionari (penginjilan, Kristenisasi) yang sangat tinggi, terutama kepada umat Islam. Dia berusaha memasukkan doktrin Kristen dan pendangkalan akidah kepada umat Islam. Maka Pendeta yang menjabat sebagai Wakil Gembala Gereja Kristen Maranatha Indonesia (GKMI) Rawamangun, Jakarta Timur ini menulis belasan buku berwajah Islam. Wajah Islam dalam buku-buku Pendeta Nurdin ini hanya kedok belaka. Demikian pula label “Untuk Kalangan Sendiri” yang dicantumkan pada cover 4 semua bukunya. Semua itu hanya tipuan, karena dalam wawancaranya dengan Hatorangan, Pendeta mengaku bahwa sebenarnya buku-buku itu semuanya diperuntukkan untuk umat Islam. (baca wawancara: Supaya Mereka Dapat Mengetahui Injil Melalui Buku-Buku Saya).
Belasan buku penginjilan berkedok Islam tulisan Pendeta Nurdin itu adalah: Ayat-ayat Penting di dalam Al-Qur’an (Al-Aayatul Muhmitatu fil-Qur’an) 84 halaman, Keselamatan di dalam Islam (61 halaman), Selamat Natal Menurut Al-Qur’an (28 halaman), Kebenaran Yang Benar (Ash-Shodiqul Masduuq) 107 halaman, Kebenaran yang Menyelamatkan (Ash-Shodiiqul Muslim) 79 halaman, Isa Alaihi Salam dalam Al-Qur’an yang Benar (‘Isa ‘Alaihissalam fil-Qur’an) 84 halaman, Keselamatan untuk Akhir Hayat (Salamatul Akhirotul Khoyat) 62 halaman, Telah Kutemukan Rahasia Allah Yang Paling Besar (As-Sirrullahi Al-Akbar) 93 halaman, Rahasia Allah Yang Paling Besar (As-Sirrullahi Al-Akbar) 77 halaman, Waspadalah UFO Berbahaya (99 halaman), Bila Terjadi Kiamat Aku Selamat (86 halaman), Ya Allah Ya Ruh Ulqudus Aku Selamat Dunia dan Akhirat (76 halaman), Waspadalah!!! “….” Itu Selalu Ada (28 halmaan), Hampir Saya Musnah dan Terungkaplah Sebuah Misteri Dunia (96 halaman), Bila Terjadi Perang Nuklir Aku Selamat, Wahyu Tentang Neraka, Wahyu Keselamatan Allah, dll.
Dengan belasan judul buku itu, Nurdin pun ditokohkan di gereja sebagai “Pendeta Pakar Islamologi.” Maka Pendeta Nurdin dipercaya sebagai islamologi di Sekolah Tinggi Teologi Arastamar Jakarta. Sedangkan di Lembaga Alkitab Indonesia (LAI), Nurdin tercatat sebagai Anggota Kelompok Kerja WASAI.
Bila dikaji, hampir semua isi buku Pendeta Nurdin tidak bisa dipertanggungjawabkan. Selalu ada kesalahan ilmiah, bahkan penghujatan kepada Nabi Muhammad SAW. Bukan hanya isi buku yang salah, bahkan dari judul bukunya pun rata-rata mengalami kesalahan yang sangat fatal.
Buku Kebenaran Yang Menyelamatkan misalnya, pada cover depan judul ini ditulis pula dengan kalimat bahasa Arab “Ash-Shodiiqul Muslim.” Judul ini tentu salah dan artinya sangat jauh meleset, karena “Ash-Shodiiqul Muslim” bila diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia berarti “Teman yang beragama Islam.”
Kesalahan judul buku dalam transliterasi Indonesia–Arab ini membuktikan bahwa Pendeta Nurdin bukanlah pakar Islamologi, tapi awam Islamologi. Kita pun merasa heran dan prihatin kepada umat Kristiani di Indonesia yang menjadikannya sebagai pahlawan penginjilan. Karena pada hakikatnya semua ajaran penginjilan, perbandingan agama dan Islamologi yang dipersembahkan Pendeta Nurdin kepada gereja itu penuh kebohongan dan kekeliruan. Bahkan bila dibiarkan, sepak-terjang Pendeta Nurdin itu mencederai dan merobek kerukunan umat beragama. Sebab dalam buku-bukunya, Pendeta Nurdin banyak terdapat pemelesetan ayat, penghujatan Nabi, pelecehan Islam dan kebohongan sejarah.
Beberapa poin yang bisa memicu amarah umat dalam buku-buku Pendeta Nurdin antara lain: Nabi Muhammad Belajar Alkitab (Bibel) Sampai Hafal; Nabi Menikahi Wanita Kristen dengan Tatacara Kristen, dan Mendapat Kado Alkitab (Bibel); Nabi Muhammad Beribadah Kristen selama 15 tahun; Nabi Muhammad Adalah Pencetus Agama Pantekosta dan Kharismatik; dan Nabi Muhammad disamakan dengan Pendeta Nurdin dan Lia Aminuddin (Lia Eden)
Komentar tentang agama lain adalah isu yang paling sensitif dalam hubungan antarumat beragama, lebih sensitif daripada kulit telur, dan lebih bahaya ledakannya daripada bom. Karena bila tersulut, akan mudah meledak dan berdampak pada rusaknya hubungan sesama manusia beragama yang terlibat.
Penghujatan kepada Nabi Muhammad yang dilakukan oleh Pendeta Nurdin dari Indonesia dan Jyllands Posten dari Denmark telah melakukan pencederaan terhadap agama Islam. Dan, jembatan yang selama ini dibangun untuk menjalin kerukunan antarumat beragama pun menjadi berantakan, lantaran akar-akar permasalahan selalu ditanam oleh manusia-manusia jahil yang ditokohkan sebagai ahli agama oleh pihak tertentu. Contoh konkretnya adalah Pendeta Rudy Muhamad Nurdin, sang pemecah-belah bangsa. mag, mai, eros, qohar

Label:

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda